Sunday, August 21, 2005

7 KALI NAIK HAJI GA BS LIAT KA'BAH

7 KALI NAIK HAJI GA BS LIAT KA'BAH
Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan namasebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakananaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memangberkewajiban menunaikan ibadah Haji.Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnyaberangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satuapapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlasmenyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik allahuma labaik, akudatang memenuhi seruanMu ya Allah".Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarnahitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajahibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengertimengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali iamengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang laluia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki MasjidilHaram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itubersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya.Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharaprahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segalakebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan tidakberkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh,Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka'bah, kelak.Anak yang saleh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahundepan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan didekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbolpersatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka'bah.Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahunberikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiapberada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian ituberulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadibuta di depan Ka'bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka'bah,penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punyakesalahan sehingga mendapat azab Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuatibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaanberkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alimulama, yang dapat membantu permasalahannya.Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karenake sholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitanberarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itumendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan maumenelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanahkelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabitersebut.Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelponulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanahsuci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali,mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu,sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikapterbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya."Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalahsepele," kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. Kemudian iameminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulamaitu tidak mendapat kabar dari Sarah.Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarahmenelpon. "Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumahsakit," cerita Sarah akhirnya. "Oh, bagus.....Pekerjaan perawat adalahpekerjaan mulia," potong ulama itu. "Tapi saya mencari uangsebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya ituhalal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. Ia tidakmenyangka wanita itu akan berkata demikian."Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karena tidaksemua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yangmenginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan,dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginanmereka."Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah."Astagfirullah......" betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yangdiberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyakkeluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunansangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidakjelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutamadalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak bolehdinikahi."Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma itu ?" tanya ulamaterperangah. "Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa,betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !". ucap ulama dengan nadatinggi."Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?" tanya ulama itu lagi sedikit kesal."Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati." "Ohbagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama. "Ya, tapi saya memandikanorang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.""Maksudnya ?". tanya ulama tidak mengerti. "Setiap saya bermaksudmenyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakassihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akantetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkanbenda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.""Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, sayamemasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang danlain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu sepertiterpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam.Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnyaberulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dansaya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan." Mendengar penuturanSarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah."Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah. ...!!! Saya tidak bisa bantuanda. Saya angkat tangan".Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernahterbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita,yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalamhidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus memohon ampun kepada Allah, karenahanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda."Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulamatidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahudengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertobatatas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosaSarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperolehkabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yangmenerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah,ternyata kabar duka yang diterima ulama itu."Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad," ujar Hasan.Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. "Bagaimana ibumumeninggal,Hasan ?". tanya ulama itu.Hasanpun akhirnya bercerita :Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit danmeninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah.Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijinAllah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggalimencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanahyang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa ituberlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yangmenyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadiberulang-ulang.Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakansesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilahberkaitan dengan perbuatan si mayit.Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karenapekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkansampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali.Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan sajatergeletak di hamparan tanah kering kerontang.Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tegameninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur.Kalaupundibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburanseorang diri.Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaianhitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampakwajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan.Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku tanganijenazah ibumu, pulanglah!". Kata orang itu.Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akanmenunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudianmengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke belekang,sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk,kemudian iameninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersitkeinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kenazah ibunya.Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihatjenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruhtubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yangberlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkahseribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwaseparuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karenaterbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yangdiungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengankhusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernahdilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakankepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampundengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akanhilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulamaitu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa,semakin hari bekas kehitaman hilang.Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetapmendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukanoleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua


| Henny blogged at 1:37 PM