Tuesday, August 23, 2005

Toex Ayah2 Sakdunia

Tulisan ini saya tujukan bagi setiap ayah yang mengidamkan keluargasakinah; ayah yang mengharapkan agar anak-istrinya menemani danmembahagiakan dirinya di dunia fana dan di akhirat kelak berkumpul danbergembira bersama mereka di dalam taman (jannah) kebahagian abadi; ayahyang mendambakan anak-istrinya selalu setia menemaninya di dalamkebenaran dan sabar serta penuh adab menasehati dirinya tatkalatergelincir di dalam kekeliruan; ayah yang senantiasa mendahulukanpemenuhan kewajiban sebelum menuntut hak ditaati anak-istri; ayah yangmeyakini bahwa dirinya adalah fihak pertama dan utama yang akan dimintaipertanggung-jawaban di sisi Allah swt akan taqwa-tidaknya keluarga dibawah pimpinannya; ayah yang bercita-cita membina keluarga Islami; lebihdaripada itu ayah yang mencitakan keluarganya menjadi keluarga da'wahbahkan keluarga jihad dimana setiap anggota keluarganya rindu menemuiAllah swt dalam keadaan berjuang fi sabilillah.Alkisah, pada suatu malam di sebuah negeri maju nun jauh di barat sana,pulanglah seorang ayah ke rumahnya dalam keadaan letih. Sesampainya dipintu depan rumahnya ia langsung disambut anak lelakinya berusiasembilan tahun yang langsung bertanya: "Daddy, how much money do youearn for an hour?" (Berapa banyak uang yang ayah peroleh setiap jambekerja?). Dengan nada agak kesal ayahnya balik bertanya: "Why do youask me such a question?" (Mengapa kamu tanyakan padaku hal semacamitu?). Anaknya pun menjawab: "Oh, I'm just curious." (Oh, aku cuma ingintahu) Maka berkatalah ayahnya: "I make 30 dollars an hour," (Akumemperoleh 30 dollar setiap jam kerja) Lalu si anak bertanya lagi:"May I have 5 dollars from you?" (bolehkah aku minta 5 dollar darimu?)Kali ini amarahnya tak terbendung: "You'r've really gone too far! Go toyour room and sleep, it's late now!!!" (Keterlaluan kau! Pergi kekamarmu dan tidur, malam sudah larut!!!) Maka pergilah si anak kekamarnya dengan sedihnya.Setelah mandi dan duduk di kursi kesayangannya, si ayah mulai merenungiapa yang telah terjadi. Ia berpikir, "Alangkah kejamnya aku kepadaanakku tadi. Boleh jadi ia minta uang untuk membeli sesuatu yang sangatdiperlukannya." Ia pun melangkah ke kamar anaknya. "Son, I'm sorry forbeing so cruel to you. "Cause I just had a rough day at the officetoday." (Nak, maafkan ayah berlaku kasar padamu. Maklumlah, aku barusaja melalui hari yang berat di kantor). "It's OK Dad, I canunderstand." (Tak apa, Yah. Aku mengerti) "Here, take the 5 dollars youasked." (Ini, terimalah 5 dollar yang kamu minta tadi) "Hurray, thankyou, daddy." (Hore, terimakasih, Ayah) Si anak mencium ayahnya serayamelompat kegirangan. Lantas ia mengambil beberapa lembar uang dari bawahkasurnya dan menghitung keseluruhan uang yang dimilikinya. Sang ayahmenyaksikan semua itu sambil curiga dan hampir marah. Sebelumkecurigaannya berakhir si anak menjelaskan: "Ayah sekarang aku sudahpunya jumlah uang yang cukup. Selama ini aku menabung sampai 25 dollar.Ditambah uang yang ayah baru saja berikan, maka lengkaplah aku punya 30dollar sekarang." "So, what do you want to do with that much money?"(Jadi, apa yang kamu akan lakukan dengan uang sebanyak itu?) Si anaktidak menjawab pertanyaan ayahnya. Malah sebaliknya ia dengan polosnyabertanya: "Daddy, can I buy one hour if your time?" (Ayah, bisakah akumembeli satu jam waktumu?).Kisah tadi memang berlatar budaya Amerika, tetapi bukankah anak Amerikapun terlahir fitrah? Bahkan juga bapaknya? Lagipula dengan budaya serbaglobal mundial kini, tak akan jauh berbeda antara bapak Amerika danbapak Indonesia.Di negeri ini pun semakin banyak bapak materialis yang (tanpa sadar)mengajarkan pada anaknya materialisme. Semakin banyak pula muncul anakyang 'menjadi yatim sebelum ayahnya meninggal'. Bahkan di sini jugakerap kita mendengar ocehan berkata 'urusan anak adalah urusan ibunya'seolah peran bapak yang pantas terhadap anaknya hanyalah peran sebataspengakuan kertas.Lima belas abad lalu, sebuah 'buku' karya Yang Maha Pencipta menuturkankisah yang terjadi jauh sebelum 'buku' tersebut 'terbit'. Kisah itumenceritakan peristiwa seorang bapak duduk menasehati anaknya denganbeberapa petuah agung dari Rabbnya. Sang bapak memanggil anaknya denganpanggilan mesra namun berwibawa, "Yaa Bunayya (wahai anakku)," dankeagungan tuturan ayah pada anak ini direkam jelas dalam surat Luqmanayat 12 sampai 19.Satu hikmah pertama yang dapat dipetik dari kisah agung ini adalahkenyataan bahwa Luqman-lah yang sedang mengajarkan kepada anaknyahal-hal penting dalam kehidupan manusia. Kisah tadi bukan bertuturtentang Ny. Luqman yang sedang berkata-kata, juga bukan tentang guruagamanya Fulan bin Luqman (anaknya Luqman).Masih banyak hikmah dapat dipetik dari isi nasehat Luqman. Namun bagikita yang serba dhaif (lemah) ini, hikmah pertama ini pun telah cukupberat untuk kita teladani. Semoga Allah menolong kita semua. Amin.Ya, Allah, jadikanlah anak-istri kami menjadi cahaya mata kami danjadikanlah kami pemimpin bagi orang bertaqwa. Ya Allah, jadikanlah kamikepala keluarga yang senantiasa mampu mendahulukan apa-apa yangsemestinya didahulukan dan mengakhirkan apa-apa yang semestinyadiakhirkan. Ya Allah, jadikanlah kami pemimpin keluarga yang sanggupmembedakan antara "berkoban" di jalan-Mu dengan "mengorbankan"anak-istri. Ya Allah, jadikanlah kami faham bahwa "membentuk keluargaIslami" merupakan bahagian integral dari perjuangan menegakkankalimat-Mu di muka bumi. Ya Allah, jadikanlah anak-istri kami sebagaimitra perjuangan di jalan-Mu, bukan menjadi penghalang atau pengalihperhatian. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai suami dan ayah yangdicintai oleh anak-istri kami sebelum kami menuntut dicintai olehmasyarakat luas. Apalah artinya masyarakat mencintai dan mengelu-elukandiri kami sebagai pemimpin, sementara kami diam-diam dibenci olehkeluarga sendiri dikarenakan kelalaian kami memenuhi hak mereka, lahirmaupun batin


| Henny blogged at 1:38 PM