Tuesday, October 04, 2005

Sambut Ramadhan dengan Cinta

Demi cintanya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan
bagi untuk keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan,
bulan di mana Allah SWT membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada
manusia.


Allah SWT adalah Dzat pemilik cinta. Cinta Allah adalah cinta tak
bersyarat; unconditional love. Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa
mengharap balasan apa pun. Cinta Allah adalah cinta "walaupun", bukan
cinta "karena". Allah selalu mencintai hamba-Nya walaupun hamba itu
berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya, cinta
manusia adalah cinta "karena". Manusia mencintai sesuatu karena
sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal, karena ingin
mendapatkan balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan
kebahagian manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakannya
Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan
dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka
pintu-pintu kecintaan-Nya.

"Tanda cinta" dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh
Rasulullah SAW, "Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dari
dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu
shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza
wa Jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab
mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka
memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

"Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu,
maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena
beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia
tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan
mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan
Rabb Al-'Alamin."

Demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua
hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada
perumpamaan menarik dari Dr Jalaluddin Rakhmat. Menurutnya, manusia
adalah "anak-anak Allah" yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk
bermain-main di halaman dunia ini. Dalam QS Al-An'am [6] ayat 32 Allah
SWT berfirman, "Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda
gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa." Karena itu, Kabah disebut rumah Allah
(Baitullah), karena ke sanalah para jamaah haji berangkat,
meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan pun disebut bulan
Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman
permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli "jajanan" yang
bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau kesenangan
duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang jauh lebih
sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah menyeru kita
untuk kembali kepada-Nya. Allah telah mempersiapkan jamuan makanan
berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang "bermain" terlalu
jauh dari "rumah".

Karena itu, siapa pun orangnya, selama ia mengaku hamba beriman, ia
wajib menyambut cinta Allah yang bernama Ramadhan. Difirmankan, Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana
telah diwajibkan atas umat sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS
Al-Baqarah [2]: 183).

Allah SWT memanggil kita dengan seruan yang sangat khusus: "Wahai
orang-orang yang beriman". Panggilan ini memperlihatkan husnudzannya
(baik sangka) Allah SWT kepada manusia. Walau bergelimang dosa, Allah
tetap memanggil kita sebagai orang yang beriman. Bagaimana seharusnya
seorang manusia menyambut panggilan Ilahi? Lewat syairnya, Jalaluddin
Rumi mengungkapkan:

"Bagaimana keadaan sang pencinta?," tanya seorang lelaki. Kujawab,
"Jangan bertanya seperti itu, Sobat: Bila engkau seperti aku, tentu
engkau akan tahu; Ketika Dia memanggilmu, engkau pun akan
memanggil-Nya."

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan
sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas,
"Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun
mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai
pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan
dengannya" (HR Bukhari).

Bila kita mencintai Allah, kita harus menyambut apa pun yang datang
dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali
menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai
sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang
berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis, "Bohonglah orang yang mengaku
mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah
orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum
fakir dan miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga
tetapi ia tidak mau menaati Allah SWT."

Karena cinta Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan
dengan sukacita. Bahkan sejak Rajab dan Sya'ban mereka telah
mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan
memperbanyak puasa dan amalan sunnat lainnya. Siti 'Aisyah berkata,
"Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih
banyak dari puasanya pada bulan Sya'ban, ada kalanya sebulan penuh.
Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa" (HR
Bukhari Muslim).

Begitu akhir Sya'ban Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya,
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Di dalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh setan. Padanya ada satu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan
malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk
tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh-kesah menahan
lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalani Ramadhan.

Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis.
Lewat cintalah semua yang tembaga akan menjadi emas
Lewat cintalah semua yang endapan akan jadi anggur murni
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup
Lewat cintalah raja jadi budak.
Wallahu a'lam bish-shawab.

(ems )

sumber:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=215358&kat_id=232


| Henny blogged at 8:53 AM